Minggu, 08 Februari 2009

PISAH SAJA DULU

href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNil@%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml">

Ra... ada Fitri, ku dengar ibu memangilku dari bawah.

Suruh naik saja Bu..... Seruku dari dalam kamar.

Nak Fitri langsung saja naik kekamar Tiara ada tu lagi belajar.

Makasih Bu...., jawab Fitri terdengar samar dari kamarku.

Kenapa Fit, tumben sorean gini maen? tanyaku saat Fitri memasuki ruang kamarku. Belum menjawab pertanyaan Fitri langsung berbaring disampingku sambil mencomot begitu saja buku yang tengah ku baca.

Ra.... diajak jalan tuch ma Agil!

Mau ngajak kemana Fit?

Tau....cepetan lagi,doi udah nunggu tuch!!

Aku bergegas ganti baju dan segera menemui Agil.

Langit tampak indah sore itu semburat jingga yang terpancar memancarkan sinar redup pertanda langit cerah setelah hujan. Agil membawa aku ke sebuah cafe dibilangan pinggiran kota.

Ra......aku sayang, sayaaaanggg banget sama kamu. Agil membuka percakapan, kutatap matanya dalam-dalam dan kutemui kesungguhan dari ucapannya disana.

Kamu tau ngga Ra..sepanjang siang aku memikirkanmu, dalam kamar aku pejamkan mata yang ada bayangan kamu, Tiara.....nama itu yang akan selalu ada dalam hatiku. Kamu percaya akukan Ra...?. Tanya Agil, aku tanggapi ucapan terakhirnya dengan senyum dan cibiran gombal padanya. Kita menikmati suasana santai sore itu dengan canda dan sesekali perdebatan kecil ulah usil Agil yang emang suka slengek-an.

Kamu ingat Gil kapan kita jadian? aku coba tes Agil ingat nggak dia tanggal jadian kita.

Tiga bulan yang lalu bukan? jawabnya ragu.

Memang kenapa?! nada pertanyaannya terdengar sangat cemas.

Syukurlah kalo kamu masih ingat. Jawabku singkat.

Setelah waktu menunjukkan waktu hampir pukul delapan malam akupun menggajak Agil kembali kerumah. Sebenarnya ada satu yang penting yang ingin kutanyakan pada Agil sore itu namun suasana yang indah tak ingin kukacaukan dengan pertanyaan ku yang mungkin bikin Agil jadi kesel.

Pagi cerah,waktu itu di depan kelas Fitri sudah mencegatku. Meski satu kompleks Aku dan Fitri jadi jarang berangkat bareng karena aku berangkat berdua dengan Agil.

Gimana Ra kencannya kemarin, lancarkan? Nyantai orang rumah ngga ada yang tau kok kalau kalian cuma pergi berdua.

Makasih Fit, aku banyak nyusain kamu, nggak tau gimana makasihnya dech ma sobat aku ini, sembari ku towel kedua pipinya.

Manyun ku buatnya. Ye...kitakan teman...,eh Ra tapi Agil bilang kemarin kamunya sempat aneh gitu, kenapa Ra ada masalah?.

Belum sempat ku jawab pertanyaannya bel tanda masuk berbunyi dan sebelum beranjak kembali kekelasnya Fitri sempat berbisik kearah telingaku simpen dulu ceritanya ya non.

Dikelas aku nggak konsen sama sekali pikiranku tertuju ke Agil, Agil dan Agil. Lagi ngapain dia? sekolah ngga ya, jangan-jangan lagi nyimeng??. Hal ini yang sedang buat aku kalang kabut dan bikin sikapku berubah atau sedikit aneh ke dia. Mulanya ngga sengaja aku tau dan sempat hampir memergokinya tapi Agil nya berkesempatan untuk mengelak.

Agil-Agil, kenapa juga kamu meski ikut-ikutan ngedrug, ikutan kok yang ngga bener kayak ngga ada yang lain aja. Batinku.

Aku sendiri bingung padahal setiap kali Agil murung dan terlihat muram aku pasti tanya apa masalahnya dan menawarkan kalau saja aku bisa membantunya. Yang bikin ikutan kesel ditanya malah nyolot atau ngga nyambung kadang-kadang aku pengen ikutan marah tapi pasti bakalan tambah runyam?. Hatiku makin gelisah tak satu materi mata pelajaran pun yang masuk dalam otakku, sampai akhirnya jam mata pelajaran terakhir berbunyi.

Tiara...yuk pulang, Ku dapati Fitri telah berdiri didepan pintu. Dalam perjalanan pulang tak tahan lagi untuk tak ku keluarkan semua uneg-uneg yang ada dalam hatiku. Pada Fitri selalu ku tumpahkan semua tentang Agil. Aku, Fitri juga Agil memang sudah tak punya rahasia lagi diantara kami apa saja satu sama lain selalu di bagi, suka, duka, malah boleh di bilang Agil seringnya lebih terbuka pada Fitri ketimbang padaku.

Emang sich Ra....Agil pernah bilang ke aku kalau dia ngga pengen nyusain kamu dengan masalahnya. Karena Agil sangat menyayangimu. Dia ngga mau nyusahin kekasih tercinta katanya.....

Mungkin Agil memang sudah cinta mati kali Ra....ke kamu, cibir Fitri.

Harusnya Agil tau kalau pendapatnya itu nggak bener, bikin aku susah ya......

Eiiits...jangan salah Ra, aku juga pernah kasih dia wejangan lho Ra... kalau pacaran tuch ngga buat berbagi saat senengnya aja tapi juga perlu sharing ke pasangan kalau kitanya juga lagi ada masalah.....

Truss...apa jawab Agil Fit?

Tabiat Agil aja yang suka ngeyel tau sendirikan kekasihmu itu?

Aku cuma ngga pengen ini berlarut Fit, buat kebaikan aku juga Agil pastinya. Aku nggak pengen sampai terjadi apa-apa sama Agil karena aku masih sangat menyayanginya. Yang bikin aku kesel kalau dia lagi tinggi atau habis pake gitu seringnya emosi nggak stabil pengennya marah kalau ngga kebeneran, diajakin ngomong juga kadang ngga nyambung dan lebih parahnya sering jadi nekad. Bikin pusing dech....

Sampai rumah aku banyak diam untung orang rumah tak mengamati perubahan sikapku. Waktu terus berjalan, sementara hubungan aku dan Agil makin runyam. Setiap kali ada kesempatan bertemu pasti berakhir dengan pertengkaran. Sampai suatu hari aku desak dia untuk menceritakan apa yang sebenarnya tengah terjadi padanya?

Agil menceritakan masalah keluarga yang sedang menimpanya, tuntutan dan kemauan orang tua yang memaksakan kehendak padanya membuat Agil merasa tertekan di rumah, maka dia cari pelarian lewat drug.

Kuangkat wajahnya yang tertunduk, kutatap matanya dalam-dalam, tampak kekecewaan disana.

Agil....... lirih kupanggil namanya, Kenapa ngga dari dulu cerita ini semua ke aku?, ngga percaya kamu ke aku Gil, setidaknya beri aku kesempatan untuk aku bisa menjadi tempat berbagi dan bisa meringankan beban pikiranmu. Agil.... tak dapat kau lihatkah kesungguhan sayang dan cinta aku ke kamu?. Tak terasa air mata aku menetes bergulir membasahi kedua pipiku tanpa bisa ku bendung.

Ternyata kamu rapuh Gil, kamu coba lari dari kenyataan, drug ngga akan nyelesein masalah Gil!!! yang ada bikin kamu bertambah masalah, semua ngga bakal selesai gitu aja hanya dengan drug. Bulshit!!. Nada bicaraku semakin melemah dan tak juga dapat ku hentikan butiran-butiran air mata yang terus bergulir menyesali tindakan bodohnya.

Tatapan matanya tetap tertunduk, terbata dia coba ucapkan kata maaf, Aku tau aku salah Ra.....

Aku benar-benar merasa terpukul dan kecewa atas apa yang Agil lakukan, jalan yang harus ditempuh dan masa depan yang harus dia lalui masih panjang dan sekarang tanpa dia sadari tengah merusaknya.

Bodohnya aku Tiara, selama ini tak pernah mempedulikan ketulusanmu, menyiakan begitu saja kehadiran cinta dan sayang kamu ke aku, harusnya aku yakin bahwa masih ada orang yang mencintai dan memperhatikanku. Aku janji tak akan mengulangi perbuatan bodoh ini lagi Ra....

Aku mengiyakan ucapannya dengan anggukan mantap. Aku percaya kamu Gil, dan aku akan selalu temani kamu asal kamu mau kembali menjadi Agil yang ku kenal dulu sebelumnya.

Ke esokan harinya Fitri mengintrogasi aku untuk penyelesaian masalah ku dengan Agil.

Beres....sobat, dia sudah mau jujur dan terbuka kok Fit sama aku ternyata dia dapat tekanan dari keluarganya di rumah makanya dia cari pelarian ke drug.

Ok kalo gitu yang sabar ya Ra....ujian nich buat kamu untuk tetap bisa bertahan dan kasih kesempatan buat Agil jadi baik lagi. Petuah bijaknya diakhiri kerlingan mata jahil dan menggoda. Tawa pun memecah keheningan disekitar kita.

Sejenak beban pikiran berkurang menyangkut terselesaikannya masalah Agil. Pagi itu seperti biasa Agil telah menungguiku di tikungan komplek untuk berangkat sekolah bersama. Tampak segar dan ceria Agil pagi itu.

Pagi sayang......sapanya menyambut kedatanganku

Pagi juga, seger banget Gil hari ini. Nah gitu dong....yuk udah siang nih keburu telat.

Dalam perjalanan kesekolah Agil merengek manja Kangen nih Ra.....

Baru juga sehari kemarin alpa ngga ketemu, sorry yach kemarin aku nggak tau kalo les bakalan molor lama, aku kira kamu juga pasti udah borring nungguin aku di rumah so aku pulang nebeng Nuri aku minta langsung anterin pulang kerumah ngga mampir ke rumah kamu.

Yup, ku tau Fitri dah jelasin kemarin ke aku ngga papa sih cuman ya itu tadi kangennya jadi berlipat. Sambil nyengir badung dan mencubit ujung hidungku Agil lontarkan kalimat itu.

Aku dan Agil backstreet dari keluarga aku, sebenernya bunda pernah aku ceritain kalo Agil ada rasa ke aku tapi responnya kurang bagus karena Bunda tau berita miring seputar Agil yang pergaulannya bebas gitu so waktu aku jadian beneran sama Agil aku ngga berani ngomong ke Bunda. Pikirku aku pengen Agil buktiin kalau dia biasa dipercaya dan ngga seperti apa yang orang-orang bicarain mengenai dirinya. Aku kasih kepercayaan penuh buat dia untuk bisa membuktikan itu terutama pada keluarga ku. Meski ngga mudah dan pastinya penuh perjuangan aku ikut membantunya.

Baru satu bulan kita baikkan dan semua berjalan mulus namun waktu seakan begitu cepat berlalu. Ra..les kamu apa aja sich, kok jadwal kamu kaya orang sibuk aja. Agil komentar ngga rela banget liat jadwal diagenda aku sore itu. Iya sich..aku aja belum-belum udah capek ngebayangin, nach itu juga yang mau aku omongin Gil. Mungkin aku mulai minggu depan nggak bisa tiap hari nyamperin kamu seperti sekarang, aku minta banget pengertian kamu, kamu jugakan udah kelas tiga, tau sendirikan nilai raportku kemarin ngga begitu memuaskan so aku dan temen-temen bentuk kelompok belajar dan ikutan les prifat buat mata pelajaran yang nilainya jelek gitu.

Kamu juga belajar yach, biar lulus nggak ngecewain. Nanti sesekali aku temenin dech, kita belajar bareng gimana? biar kamu nggak males.

Sambil mengumpat dalam hati Agil...? belajar, boro- boro inget jadwal aja syukur- syukur.

Nggak ada yang lebih asyik tuch, dari belajar? Agil nyengir nakal. Ra...ntar kalo aku kangen kamu gimana hayo...? aku kerumah kamu ya...? nggak papakan aku ngga macem- macem dech sweer.

Agil-Agil dia memang terkesan lebih kekanakan dari aku meski usia dia 3 tahun diatasku, padahal kita pun sama-sama anak ragil. Aduh......belum juga dilakoni, setelah ngobrol ngalor- ngidul dan aku pamitan pulang.

Saya pulang dulu tan, sapaku ke bundanya Agil yang lagi siapin makan malam. Nggak makan malam disini sekalian Ra...? Tanya ibu Agil. Akupun menolak dengan alasan takut kemalaman.

Aku pulang bawa beberapa buku catetan Agil yang minta salinin dari catetan temannya, dasar tuch anak malesnya yang kadang- kadang nggak ketulungan.

Keesokan harinya, Sorenya cerah banget nih pikirku, sayang kemarin malem aku udah nolak ajakan Agil buat jalan sore ini, pikirku.

Hi Ra... kedatangan Nuri mengagetkanku yang lagi bikin catetan Agil. Oooiiii....kapan datang kok aku ngga denger, kapan dan dari mana masuknya?

Serius amat Ra...ngerjain apa sich? Lagian malam minggu gini tumben-tumbenan ngga keluar sama pujaan hati.

Syirik aja......

Idih, ngga-lah maaf aja ya!! Tangkis Nuri tengsin. Hehe Nuri kan anak mama so nggak mungkin dech dia berani nekad kaya aku ambil resiko buat pacaran backstreet dari orang tua, dibilang ngga boleh pacaran ya ngga mungkin dia mau pacaran.

Beneran Ra... kamu ada janji ma Agil mo malam mingguan? Padahal maksud hati kesini ku mau minta kamu temenin keluar.

Iya sich...tadinya, tapi udah aku tolak kok kan ku tau kalo kamu mau kesini...?!so demi kamu ....

Kenapa sich kamu nich kaya ma siapa aja, nggak kok paling besok kita ketemuan, aku aja yang lagi males coz kemarin baru dari rumahnya.

Bener nich...syukur dech kalo gitu so ku nggak perlu repot-repot minta ijin Agil buat ganggu acara kalian.

Mau kemana Nur....?

Jalan yuk temenin Aku cari cemilan buat besok kita belajar bareng, ngga pa-pa kan ma Agilnya? canda Nuri dengan nada meledek.

Nuri itu temen satu kelompok dan les prifat aku, barengan tiga yang lainnya ada Novi, Ita dan Indri. Kebetulan giliran pertama emang tempat Nuri. Sore itu kita cari cemilan di pusat jajanan di tengah kota. Bujubusyeet ngga nyangka sore yang cerah nampaknya bikin kawula muda ngga mau kehilangan kesempatan ngeceng weekend-an. Kita pun niatan jalan muter-muter tuch tempat sambil cuci mata. Sekedar melepas lelah dan dahaga akhirnya kita nongkrong di salah satu kedai, seteguk juice baru kita nikmati kelebat bayangan Agil dan seorang temannya nampak dari balik kaca kedai tempat ku dan Nuri nongkrong.

Ups...Agil Ra...., Nuri nunjuk kearah Agil yang lagi melang-meleng cuci mata juga, nyari-nyari cewek yang barang kali bisa ia satroni.....

Samperin ya Ra....?

Ngga, ngga usah dech biarin aja ngga liat ini tuch anak ke kita, siapa tau dia ada niatan cari cewek baru kan kasihan kepergok ma kita...?

Ye....beneran ada yang jealous nich, Agil jalan ngga ngajak-ngajak.

Udah ngga usah dibahas, paling juga kalo ketemu suruh pulang bareng dia mau kamu aku tinggalin?

Iya juga...ogah Ra...

Dasarnya emang udah ditakdirin buat ketemu, pas kita keluar buat ambil motor di parkiran Agil lagi nongkrong juga di situ.

Tiara..... panggilnya bagi Tiara suara itu udah ngga asing lagi terdengar ditelinganya.

Ketemu juga..... celetuk Nuri

Gih samperin....tuch pujaan hati, sambil melempar senyum kearah Agil Nuri menyapa dari kejauhan.

Buruan Ra...ntar ngambek aku..yang kena.

Nuri udah ngga asing sama sikap Agil yang sering ngambek kalo ngga kebeneran. Sesaat Agil telah berjalan kearah ku sambil nyengir kecut.

Oohhhh...ngga mau diajak keluar udah ada janji lain, kata Agil. Sore Nur.. cari apa?

Nich cemilan buat besok kita belajar bareng, sorry Gil aku pinjem Tiara, soal tadi aku tanya kata Tiara ngga ada acara so aku ajak aja dia jalan.

Ngga pa-pa nyantai aja lagi....

Kamu mau pulang bareng aku Ra.....?

Ehhhmm kaya-nya ngga dech kamu juga kan ngga sendiri Gil....

Tepat dan ngga meleset perkiraan ku, dengan alasan masih mau cari buku buat bahan belajar besok bisa juga aku ngalahin ajakan pulang bareng Agil.

Tapi ternyata ngga jauh beda karena`sesaat aku sampai rumah temen Agil udah nyamperin kerumah lewat temennnya dan suruh aku kerumahnya. Terpaksa dengan alasan masih ada yang ketinggalan aku pamitan ibu untuk keluar lagi dianter Nuri kerumah Agil. Sesampai tempat Agil, ngga lama Nuri langsung pamit pulang dan tinggallah berdua aku dan Agil.

Kamu kenapa sich, baru juga ketemu, aku juga kan besok udah janji mau kesini, ngga sabar banget. Dengan nada kesel dan manyun aku protes kedia.

Agil coba baik-baikin aku, dengan rayuan-rayuan playboy amartiran pengen ketawa sich cuma aku-nya tahan dan jaim. Sampai aku maksa pulang, Agil yang mengantar aku pulang sampai depan rumah.

Malam minggu bukannya dapet sun sayang malah dapet omelan dan wajah masam, sindir Agil sebelum aku meninggalkannya. Dalam hati aku ketawa atas ucapannya. Tapi akhirnya aku-nya berlagak sok cuek gak peduli.

Minggu ini kesibukan aku mulai, jadwal padatku terpenuhi dengan kegiatan yang berbau pelajaran gitu, so Agil udah mulai protes padahal baru 3 minggu kegiatanku jalan.

Sore itu Agil mohon buat aku bisa ketemu sebentar sama dia, dia rela nongkrongin aku di tempat les dari jam 4 sore sampai setengah tujuh malam.

Ra...beneran tuch Agil nungguin kamu dari jam 4, Nuri yang biasanya kasih tebengan ke aku akhirnya pulang sendiri.

Malem Ra...capek ya? tanya Agil

Lumayan, jawabku singkat

Kamu masih marah Ra...sama yang dulu? tanya Agil lagi

memang sich sejak peristiwa yang lalu setiap ketemu aku lebih milih banyak diam, malam ini Agil bela-belain nungguin aku les 2 jam biar kitanya bisa ngomong dan nyelesein masalah. Dari glagatnya sich Agil udah bete abis aku cuekin terus-terusan. Tapi dia-nya malah yang tetep ramah (hehehe...jahat ya aku!)

Semuanya aku duluan yach..., pamitku pada yang lain.

Yoiii..., serempak mereka menjawab say goodbay dari aku.

Malam itu dingin banget banyak bintang bertabur diatas langit, kita jalan ditemani remang lampu malam.

Ra...kamu ngga capek terus diem seperti sekarang ini, ok aku salah kalo emang itu yang kamu mau, aku akui tapi waktu itu aku pengen banget ketemu kamu apalagi aku ajak jalan kamu ngga mau eh...kamunya jalan sama Nuri, sweer Ra...aku ngga ada maksud apa- apa.

Masak marahnya lamaaaaa banget gini?

Lagian 3 minggu ini aku dah sabar nunggu kapan kamu ada waktu e...tiap ketemu kamunya diem aja...!! sesaat aku diem tak bereaksi.

Yach udah...trus sekarang mau kamu gimana?. Potongku cepat

Ra...harusnya tuch aku yang tanya itu ke kamu, kamu mau nya gimana, kamu bilang aku harus ngerti kesibukan kamu dengan les ini les itu aku coba ngertiin kamu Ra...tapi sekarang malah kamu yang ngga terima!, kamu ngga lagi nguji kesetiaankukan Ra?

Aku binggung harus bilang apa ke Agil sementara aku bener-bener bimbang sama statusku ke Agil yang udah terjalin sekian waktu dan mulai tercium orang rumah.

Ra...kamu ngga maksud tinggalin aku saat inikan? Nada bicara Agil nampak cemas.

Spontan dengan nada kesal ku jawab pertanyaannya.

Agil....aku tau harusnya tuch aku minta maaf kekamu, udah sibuk dengan urusanku sendiri, egois dan nmenelantarkan kamu. Tapi itu semua diluar kemauan aku yang emang saat sekarang aku ngga bisa bagi waktu buat kesibukan aku dan buat kamu. Padahal aku sendiri pernah janji ke kamu untuk kasih perhatian lebih ke kamu. Aku ingat banget Gil....Andai aku bisa memilih, aku juga ngga mau keadaan seperti ini, dan satu lagi Gil orang rumah ku udah mulai curiga sama kita ngga tau informasi dari mana juga.

Jadi itu...alasan kamu buat menghindar dari aku akhir-akhir ini Ra....kenapa ngga terus terang dari kemarin-kemarin, jadi aku-nya ngga kelimpungan sendiri. Protes Agil

Aku cuma bisa cari tau reaksi Agil dari ekspresi wajahnya yang seketika berubah agak lega setelah mendengar celotehan panjang lebar dariku.

Ra...kalo emang seperti itu masalahnya sekarang, aku udah bisa sedikit tenang setidaknya aku tau masalah sebenernya dari diam kamu selama ini. Ya udah aku ngerti kok sekarang kita jalani aja ya asal kamu masih percaya sama aku buat jagain kamu, aku akan jaga hubungan kita ini dari orang rumah kamu.

Tiba-tiba Agil raih jari tangan aku sambil meletakkannya diatas dadanya, sambil berucap karena kamu masih mengisi hati ini Tiara....

Makasih ya Gil kamu bener-bener mau ngertiiin aku.

Penyesalan kini makin menyelimuti aku atas pengertian yang teramat dari seorang Agil, dan aku berharap aku tak akan mengecewakan dia. Sayangnya harapan kadang tak seindah kenyataan. Hari demi hari berganti hubungan aku dan Agil kembali terguncang. Agil terprofokasi temen-temen se-ganknya, yang katanya aku telah mempermainkannya. Masak iya pacaran kok diajak jalan susah, mau apel malem mingguan juga ngga boleh, de el el de el el....Terus terang selama ini aku sangat menghargai pengertian Agil. Tapi 4 bulan berjalan badai harus datang lagi melanda hubunganku dan Agil. Heran juga aku tiba-tiba Agil mudah terprofokasi teman-temannya tentang hubungan kami.

Setelah dengan berbagai macam pertimbangan dan pemikiran saatnya ku buat satu keputusan tegas meski ku tau ini keputusan sepihak dariku karena sebelumnya aku tak membicarakan hal ini dengan Agil. Aku pikir ini tak perlu lagi dan tak bisa lagi dikompromikan baik-baik, 3 hari menjelang lebaran waktu itu terjadi perdebatan yang memicu perpisahan kami. Aku dan Fitri diajak Arin kerumah temen mereka, yang tak lain adalah mantan Agil sebelum Agil memilihku menjadi kekasihnya sebut saja dia V. Dalam perjalanan kerumah V waktu itu kami kepergok Agil and the Gank. Agil ngga mau banget pokoknya mau ikut aja kemana aku pergi sore itu. Yang aku sesalkan waktu itu, aku ngga tau kalo Agil tengah dalam pengaruh drug. Sampai depan rumah V lama kita ketok pintu tak ada jawaban dari si empunya rumah, tanya tetangga kanan kiri ternyata memang seluruh penghuni tengah meninggalkan rumah untuk mengujungi sanak saudara diluar kota. Dalam perjalanan dari rumah V yang tadinya kita ngobrol biasa dan bercanda tiba-tiba tanpa aku sadari terpercik perbincangan yang memancing emosi Agil. Jadilah pertengkaran yang cukup serius diantara kami. Keadaan Agil juga semakin tak terkendali saat seseorang menggodaku yang jalan didepan bersama Arin dan Fitri. Semula aku ngga tanggap kalo Agil habis pake. Pas aku desak teman-temannya akhirnya ngaku juga mereka.

Sabar Ra...Agil gini juga karena kelewat mikirin kamu, kata Awan temen Agil coba menenangkanku. Namun aku tak sanggup untuk menahan emosi yang bergejolak dan ingin rasanya ku lari dan menghilang seakan kejadian sore itu tak pernah terjadi. Tanpa ba-bi-bu lagi ku tinggalkan mereka semua. Aku berlari menembus hujan lebat dan membiarkan tubuhku basah dengan harapan siraman air hujan mampu meredam dan mendinginkan emosiku. Aku benar-benar ingin sendiri saat itu.

Tiga hari berlalu sampai akhirnya tiba hari Idul Fitri saat dimana kita harus menyucikan hati dengan saling memaafkan satu sama lain. Telah kuputuskan perpisahan adalah jalan terbaik untuk aku dan Agil bersama pun toch aku tak dapat memberikan yang terbaik untuk Agil, aku selipkan sepucuk surat perpisahan dalam selembar kartu lebaran yang aku kirim untuk meminta maaf atas semua kesalahan kekurangan ku selama bersamanya, meski aku tau sampai saat ini Agil tak pernah menerima keputusan sepihak dariku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar